Masa Depan Organisasi Kepemudaan di Indonesia
Judul : Nun : Tafsir Gerakan Al-Qolam
Penulis : Azaki Khoirudin
Tahun Terbit : 2014
Dimensi : xi+277 halaman, 14x20.5 cm
Penerbit : Nun Pustaka—MUHI Press
Peresensi : Rifqy Naufan Alkatiri (Alumni PFP 2 PW IPM Jawa Timur 2015)
Buku Nun karya Azaki Khoirudin ini adalah
produk reflektif. Tentu pergulatan organisasi kepemudaan di Indonesia yang
menurut sebagian kalangan memasuki tahap transformasi dari social movement yang
sarat perlawanan kelas menjadi new social movement yang tidak lagi bergerak
dengan manifestasi perlawanan kelas. Menyusul kondisi gerakan kepemudaan yang
kehilangan orientasi utamanya, sekarang kita jarang menjumpai buku semisal
pikiran dan perjuangan. Titik letak penting buku ini akan mulai terlihat kalau
kita sedikit reflektif terhadap dunia global dan bagaimana menghadapi kenyataan
organisasi kepemudaan tidak lagi memainkan peran sentral kecuali bermental
kapitalis.
Buku Nun tidak hadir untuk upaya yang
membutuhkan aksi panjang. Buku Nun ditulis dengan aspek berbeda dengan
konteksnya sendiri. Buku Nun ditulis secara khusus bagi penggiat Ikatan Pelajar
Muhammadiyah [IPM]. IPM bergerak dengan basis massa pelajar hingga usia 25
tahun. Basis massa pelajar sebenarnya adalah basis strategis yang telah dibahas
sejak kelahiran ‘angkatan baru’, bahkan jauh sebelumnya. Tapi, melaui OSIS,
kita melihat bagaimana filterisasi gerakan di ruang sekolah saat itu begitu
gencar. IPM merupakan salah satu organisasi yang merasakan dampaknya. Sekarang
tantangan IPM adalah kenyataan bahwa basis pelajar kalau dianalisis merupakan
generasi yang tidak mewarisi pengalaman orde baru. Selain dengan tantangan
genrasi ahistoris, IPM juga harus menentukan langkah strategis.jargon gerakan
keilmuan, atau istilah Azaki Khoirudin Gerakan al-Qolam, adalah juga
mempertahankan ideologi Muhammadiyah ditengah kondisi yang dikatakan Zygmunt
Bauman sebagi zaman liquid politic. Tapi tak perlu dikhawatirkan, IPM sebagai
ortom Muhammadiyah berada pada kondisi yang dikatakan oleh Anthony Giddens
sudah bergerak dari perjuangan sosial menuju zaman perbaikan komunikasi.
Jika demikian, bagaimana buku Nun menjawab
kenyatan tersebut? Tampaknya tidak perlu dikhawatirkan, karena toh walaupun
kecenderungan sosiologis demikian, kita masih memerlukan landasan ideologi
termasuk ideologi Muhammadiyah yang dalam hal ini diturunkan Azaki sebagai
Tafsir Nun. Bagaimana buku ini akan melakukan hal tersebut? Silahkan dinikmati,
Selamat membaca.
Komentar
Posting Komentar