“SANG PENAKLUK EROPA YANG MEWUJUDKAN BISYARAH RASUL“








Judul                : Muhammad Al-Fatih 1453
Penulis             : Felix Y. Siauw
Penerbit           : Al-Fatih Press
Tahun Terbit    : 2013 (cet.1), 2016 (cet.10)
Jenis             : Sejarah Islam (Non-Fiksi)
Halaman       : xxvi + 320
Ukuran          : 20,5 cm
ISBN             : 978-602-17997-2-7
  

            Dalam buku Muhammad al-Fatih 1453 ini, pembaca seakan diajak untuk kembali ke masa Daulah Turki Utsmani terkhusus pada kehidupan Sultan Mehmed II (al-Fatih) dari kecil hingga menaklukkan Konstantinopel dan wafatnya. Di kalangan umat muslim, pasti sudah sangat kenal dengan nama "Muhammad Al-Fatih" dan Kostantinopelnya. Sejarah yang begitu mengagumkan ini bahkan sudah dikabarkan oleh Rasulullah ` dalam suatu hadis bahwasanya penakluk konstantinopel, panglimanya adalah panglima terbaik dan pasukannya adalah pasukan terbaik :
لتفتحن القسطنطينية ولنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
"Sungguh Konstantinopel akan ditaklukan oleh kalian. Maka sebaik-baiknya pemimpin adalam pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukannya." (H.R.Ahmad)
Dan perjuangan jihad para khalifah yang pernah berusaha untuk menaklukannya sejatinya bukanlah perjuangan biasa, namun perjuangan akan kerinduan akan bisyarah Rasul ` ini, dan akhirnya bisa terwujud pada masa kepemimpinan Sultan Mehmed II.

            Kota Konstantinopel atau yang kini dikenal sebagai kota Istanbul adalah salah satu kota pelabuhan paling sibuk di dunia pada masanya. Ini disebabkan karena posisinya yang strategis dan berada di tengah dunia, menjadi ‘jembatan’ antara Asia dengan Eropa. Konstantinopel ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Byzantium yakni Constantine I dan menjadikan kota ini sebagai “kota yang paling diinginkan di seluruh dunia.” Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Byzantium. Bahkan, Jenderal Perancis di Perang Dunia I Napoleon Bonaparte pernah mengatakan, “Apabila dunia ini adalah sebuah negara, maka tempat yang paling layak sebagai ibukotanya adalah Konstantinopel.”

            Sejarah telah mencatat bahwa Daulah Utsmani telah berkali-kali melakukan upaya pembebasan Konstantinopel, namun selalu mendapatkan kegagalan, baik karena cuaca ekstrem, adanya bantuan musuh dari luar Konstantinopel, dan beberapa faktor lainnya. Setelah Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan makin terkonsolidasi, semangat jihad hidup kembali. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Byzantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah. Ia jugalah yang kelak mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Attaturk menjadi Istanbul.

Sultan Mehmed II mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Semenjak kecil, Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, beliau telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan kota pelabuhan itu. Kekuatan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ulama terulung seperti Syeikh Aaq Syamsuddin dan Syeikh Ahmad al-Kurani. Sebelumnya, Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama untuk mengajar anaknya itu, tetapi tidak diterima oleh Muhammad II. Mereka itulah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Persi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.

Syeikh Aaq Syamsuddin lantas meyakinkan Muhammad II bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah ` di dalam hadits pembebasan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad II segera menemui Syeikh Syamsuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Berkali-kali Sultan Muhammad II mencoba menaklukkan Konstantinopel dan berbagai cara pun dilakukannya. Seperti membangun benteng, memasang rantai di Teluk Tanduk Emas, membuat dan memasang meriam raksasa hingga yang paling fenomenal adalah penarikan kapal-kapal perang melalui jalur darat. Dan akhiirnya peperangan yang menjadi proses kemenangan Islam atas Byzantium yang kelak memakan waktu selama 54 hari itupun terjadi. Persiapan pun sudah selesai dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah ` terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel tepat pada tanggal 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Byzantium di sana. Pekikan takbir terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 dini  hari pada Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir dan kalimat Tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmani yang dikenal dengan Yenisseri nya dan gelar Ghazi akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Buku ini dengan runtut mengisahkan kejayaan Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel. Kupasan kepemimpinannya, pilihan taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga proses rekruitmen prajuritnya dibahas secara lugas. Dengan diperkuat gambar dan ilustrasi menurut sumber aslinya mengajak pembaca seperti sedang menelusuri jejak-jejak kejayaan Islam di abad pertengahan. Terlepas dari misi penulisnya untuk menegakkan khilafah Islam yang tercantum di beberapa lembar akhir buku ini, tentunya buku ini amat layak dibaca sebagai referensi, terutama bagi mereka yang tak ingin terdistorsi dan tercerabut dari rajutan sejarah manusia khususnya manusia Islam yang sebenar-benarnya.

Sejarah, meski hanya sekedar masa lalu yang telah terjadi dan banyak ditingalkan, namun sebenarnya cukup berpengaruh untuk membentuk kepribadian seseorang. Sejarah memberikan kepada seseorang lebih dari sekedar informasi, ia menyusun cara berfikir seseorang saat ini dan menentukan langkah apa yang akan di ambil pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, di dalam buku ini dikisahkan bahwa Muhammad Al-Fatih sangat menyukai sejarah. Sejarah menyediakan kepada Sultan informasi-informasi yang dia butuhkan untuk mengetahui kebudayaan militer Byzantium, strategi dan taktik perangnya. Dengan sejarah pula, Sang Sultan penakluk menjadi seorang fleksibel, inovatif dan penuh kejutan. Sebagaimana yang kita ketahui, kemampuan berpikir seseorang dan kreativitasnya sangatlah tergantung dari informasi-informasi yang dia miliki. Oleh karena itu kita melihat bahwa ide Sultan untuk memindahkan 72 kapal dari Selat Bosphorus menuju Teluk Tanduk Emas adalah pengembangan dari apa yang pernah dilakukan Shalahudin Al-Ayyubi ketika memindahkan kapal dayung dari Fustath menuju Laut merah pada abad ke-12. Itulah sekilas mengenai arti penting sejarah apalagi sejarah islam. Maka, marilah kini kita belajar mengkaji sejarah islam, salah satunya melalui buku ini. Apalagi sejarah penaklukan konstantinopel adalah sejarah terpenting di dalam sejarah islam. Kisah pada suatu masa dimana salah satu negara imperium berhasil ditaklukan umat islam, Byzantium. Kisah tentang panglima terbaik yang dikabarkan Rasulullah `.

            Untuk kelebihan buku ini seperti dikutip dalam testimoni yang tercantum di beberapa bagian buku ini adalah belum ada buku karangan orang Indonesia yang membahas detail sejarah Konstantinopel dan Daulah Utsmani. Selain itu juga bahasanya mudah dipahami dan ringan dibaca; buku ini juga menceritakan hingga ke bagian dalam bagaimana proses pembebeasan Konstantinopel; dan tak lupa pula yang pelaing penting adalah kata-kata dalam buku ini banyak memberikan semangat kepada para pembacanya. Adapun kelemahan yang dimiliki buku ini yaitu alur ceritanya yang masih sedikit rumit untuk dipahami. Meskipun begitu akan terjawab jika kita membaca dengan perlahan dan bila perlu diulang-ulang agar bisa dipahami sepenuhnya, sebagaimna kebanyakan buku sejarah lainnya.

Akhirnya, dari buku ini kita dapat banyak mendapatkan pengajaran dan mengetahui sejarah dan informasi bagaimana islam bisa menaklukan Konstatinopel, yang dipimpin oleh panglima terbaik dan pasukanya yaitu Muhammad al-Fatih. sehingga Konstatinopel bisa dikuasainya dan sampai saat ini kota Konstatinopel atau yang diganti dengan Istanbul masih berdiri sampai sekarang dengan gagahnya. Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca buku Muhammad al-Fatih 1453 ini dan rasakan pengalaman dibawa ke masa Kejayaan Islam. Selamat Membaca!





22 Rabi’ul Akhir 1441 H
19 Desember 2019 M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syari'ah-Fiqh-Fatwa-Qanun-Qadha' : "Makna, Persamaan dan Perbedaanya"

Hari Santri...Substansi dan Simbol...

Menuju Negara Hukum Demokratis yang Sebenar-benarnya